Download PDF KONTAN Daily Make a Fool
[Di bawah adalah versi yang belum diedit.]
oleh Jennie S. Bev
Agustus lalu, saya diundang makan malam di San Francisco Pier oleh Ricardo Bellino penulis best-seller asal Brazil dan partner bisnis Donald Trump yang bukunya You Have Three Minutes! Learn the Secret of the Pitch from Trump’s Partner telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Di sana, saya belajar langsung mengenai filsafat sup batu.
Sir Richard Branson sang mogul pendiri Virgin Group juga tokoh pebisnis yang lebih dari sekedar inspiratif dengan filsafat “menjadi si bodoh.” Walaupun saya belum pernah berjumpa dengan bapak berambut perak ini, filsafatnya sangat mengena dengan entrepreneurship style saya.
Branson berpendapat bahwa kesempatan itu seperti stasiun bis. Selalu masih ada bis yang akan datang berikutnya. Ia juga diajarkan oleh ibundanya Eve untuk selalu memandang ke depan, terlepas dari masa lalu yang kurang sedap. Kegagalan hanyalah bagian dari learning curve.
Ketika ia baru mendirikan Virgin Airline, salah satu British Airline executive Freddie Laker menyarankannya untuk “make a fool out of himself” agar mendapatkan publisitas di halaman depan suratkabar. Saya ingat betapa ia pernah menjadi figuran di film-film James Bond, seperti Casino Royale. Juga ia memegang record dunia menyeberangi Atlantik dengan balon terbang di tahun 1987 dan Pasifik di tahun 1991. Kerendahan hati Branson dengan mendengarkan saran orang lain juga merupakan wujud filsafat bisnis.
Bagi Ricardo Bellino, sup batu mengandung spirit petualangan yang sama. Intinya: insting meracik dalam bisnis sangat penting. Seseorang bisa menyajikan sup yang lezat hanya dengan meletakkan batu ke dalam air mendidih. Dengan mengundang beberapa teman untuk mencicipi sup tersebut, mereka memberi saran dan menyumbangkan rempah-rempah dan bahan masakan tambahan untuk “memperlezat” sup tersebut.
Baik Ricardo maupun Richard sama-sama membawa identitas yang jelas dalam menjalankan bisnis mereka. Yang pertama bergerak dalam hitungan menit sebagaimana bukunya tentang presentasi 3 menit di hadapan Donald. Yang kedua selalu mencari kesempatan-kesempatan bisnis baru serta juga berspirit petualang menjadi pemegang rekor dunia dan berani tampil bersahaja, bahkan pernah memakaikan sepatu Guy Kawasaki yang saat itu “dirayunya” agar bersedia untuk naik Virgin Air.
Buku Identity: Your Passport to Success oleh Stedman Graham, konsultan manajemen dan pemasaran asal Chicago yang juga dikenal sebagai partner hidup Oprah Winfrey, berpremis bahwa identitas diri bermodalkan panggilan hidup, proses pembelajaran dan menciptakan value di dunia. Selain nama, identitas seseorang berdasarkan filsafat bisnis juga merupakan personal brand.
Mungkin hanya segelintir pembaca yang menyadari bahwa dari antara tujuh miliar umat manusia di muka bumi ini, hanya 1% pemikir, sisanya adalah pelaku alias pekerja. Untuk menjadi entrepreneur sukses seperti Richard dan Ricardo, berpikir dengan identitas mereka sendiri sambil menerapkan hasil pikiran mereka dalam strategi bisnis yang pantas kita emulasikan.
Kisah “sup batu” mengandung filsafat meredefinisikan diri kembali secara terus-menerus. Setiap rempah dan materi yang dimasukkan ke dalam sup akan membawa nuansa rasa yang berbeda. Demikian pula filsafat “make a fool out of yourself” yang selalu bergerak dengan ide-ide dan inovasi-inovasi baru.
Diterapkan dalam bisnis, identitas individu pionir seperti Steve Jobs, Jeff Bezos, duo Larry Page and Sergey Brin di AS dan Ir. Ciputra di Indonesia, mempunyai karisma tersendiri terlepas dari produk-produk yang mereka tawarkan. Filsafat bisnis mereka dalam menjalankan bisnis telah identik dengan identitas mereka dan kultur perusahaan.
Apple stores di seluruh dunia misalnya, mencerminkan kepribadian Steve Jobs, dengan identitas yang inovatif, minimalis, jelas, intuitif, dan clean. Kampus Google yang brilian dan mendukung kegiatan yang fun mencerminkan filsafat duo Page dan Brin yang juga terus-menerus belajar.
Sedangkan Jeff Bezos dengan pasukan Amazon-nya sudah menelurkan beberapa generasi Kindle e-reader yang murah meriah berdaya guna tinggi, sebagaimana filsafat bisnis Bezos yang dari awal menawarkan metode belanja buku yang murah sebagai alternatif toko-toko buku. Identitas Ir. Ciputra yang mendukung kegiatan-kegiatan entrepreneurship dengan berbagai institusi pembelajaran telah melegendariskan beliau sebagai The Ultimate Entrepreneur Indonesia.
Akhir kata, dengan menyadari “kebodohan” maka kita akan selalu belajar, baik sebagai individu maupun institusi. Filsafat bisnis bukan lagi slogan-slogan semu, namun sesuatu yang hidup dan bertumbuh.[]
KONTAN Daily, 23 November 2012