[Download artikel yang telah diedit dalam PDF KONTAN 15-21 Oktober 2012.]
(Artikel di bawah adalah versi yang belum diedit.)
oleh Jennie S. Bev
Krisis ekonomi yang berkepanjangan ini bisa ditarik ke satu titik dalam sejarah yang bisa jadi menjadi awal dari semua ini: penghapusan standar emas oleh Nixon di tahun 1971 yang dikenal dengan istilah “Nixon Shock.” Dengan pelepasan US dollar dari standar emas, sesungguhnya setiap lembar dollar adalah promissory note, alias surat utang.
“Surat utang” ini hanya berdasarkan faith alias keyakinan yang sangat dalam terhadap Amerika Serikat sebagai pusat ekonomi dunia. Terhitung “Nixon Shock,” mata uang AS adalah fiat money, alias tanpa standar emas maupun perak, sehingga pemegangnya tidak berhak untuk menukarkannya dengan logam mulia yang menjadi dasar penerbitan uang tersebut. Dengan kata lain, dengan menggunakan analogi permainan Monopoly, US dollar tidak lain dan tidak bukan adalah “uang mainan yang bernilai tinggi.”
Sebelum 1971, terhitung sejak 1862, US dollar dikenal sebagai US Legal Tender Note, di mana setiap dollar yang beredar mempunyai nilai emas dan perak yang menjadi standar penerbitannya. US Note ini diterbitkan oleh US Department of Treasury.
Pasca-Nixon Shock pada tahun 1971, Federal Reserve mengeluarkan fiat currency yang dikenal sebagai Federal Reserve Note yang kita pakai sekarang. Mata uang ini tidak bisa ditukarkan dengan logam-logam mulai karena sesungguhnya tidak lain dari “surat hutang” tanpa agunan yang dikeluarkan oleh Federal Reserve yang menjembatani bank pusat dengan masyarakat.
Resiko penggunaan fiat money sangat jelas: pencetakan berlebihan yang menyebabkan overproduksi mata uang dan kecenderungan inflasi yang berlebihan.
Nilai intrinsik sepotong kertas dan tinta nyaris nol, lantas kertas ini bisa saja tertiup angin demikian tinggi maupun turun secara free fall tanpa dapat ditahan oleh apapun.
Harga emas pada saat artikel ini ditulis mencapai USD 1614, setelah turun USD 6 terhitung 9 Agustus 2012. Dan setelah mencapai titik USD 1920 pada September 2011. Harga ini termasuk titik tertinggi sepanjang sejarah. Bayangkan harga USD 256 pada tahun 2001. Demikian luar biasa kenaikannya. Mengapa?
Jawabannya sederhana: Ketidakyakinan konsumen akan sistem di dalam demokrasi.
“Fiat money” sesungguhnya adalah kepingan kertas yang diberi nilai oleh pemerintah, yang idealnya tumbuh di dalam alam demokrasi. Sehingga ketika konsumen tidak lagi percaya kepada pemerintah, nilai fiat money menurun drastis dan konsumen mencari penggantinya yang lebih bisa dipercaya tanpa perlu “diberi nilai” oleh pemerintah.
Idealnya, sistem demokrasi yang mengutamakan pendapat rakyat ini memberikan ruang berkembang dan keyakinan hukum akan keadilan dan pemerataan kekayaan. Ternyata, sistem finansial yang memberikan makna berlebihan terhadap “uang kertas ala permainan Monopoli” membawa kesengsaraan bagi banyak orang, terutama di negara-negara yang mengalami krisis ekonomi, seperti AS dan Eurozone, dan negara-negara berkembang di mana jurang antara kaya dan miskin semakin melebar.
Menurut World Gold Council, jumlah emas di seluruh dunia mencapai 166.600 ton yang mengisi 3,5 volume kolam renang berukuran Olympic. Sedangkan kebutuhan per tahun hanya bisa dipenuhi 2.500 ton per tahun. Di antara politisi AS, Ron Paul yang libertarian menyarankan untuk berinvestasi emas. Glenn Beck pundit konservatif yang populis juga berpendapat demikian. Jim Cramer pundit investasi CNBC juga sangat mendukung gerakan “kembali ke emas.”
Namun investor ulung Warren Buffett tidak percaya dengan kekuatan emas. Alasannya, ia tidak melihat nilai fundamental dari emas. Naik turunnya nilai emas hanyalah berdasarkan persepsi individu, jadi ini hanyalah spekulasi murni.
Dalam pandangan konsumen awam, emas mempunyai nilai lebih yang tidak tergantikan oleh fiat money. Misalnya, dalam keadaan perang, penggunaan fiat money menjadi rumit karena merupakan bentuk afiliasi dengan pemerintahan tertentu yang bisa jadi merugikan bahkan mengancam nyawa. Juga, ketika mata uang kertas menjadi riskan untuk dibawa-bawa karena mudah rusak, emas murni tidak akan berubah bentuk bahkan ketika terbakar api.
Baik gold-backed money maupun fiat money, keduanya mempunyai pro dan kontra. Dan sepanjang konsumen dunia masih menyimpan rasa ketidakpercayaan terhadap sistem-sistem yang dibangun oleh pemerintah, termasuk sistem demokrasi yang disfungsional, ekspektasi terhadap emas tinggi. Karena, bahkan Euro dan Eurozone merupakan sistem gagal. Ini akan terus meningkatkan harga emas.
Sampai kapan? Sampai ditemukan lagi satu bentuk mata uang yang bisa menutupi kekurangan-kekurangan fiat money maupun gold-backed money. Cikal bakalnya sudah mulai kelihatan yaitu dengan bermunculannya digital currency di ranah Web.
Dalam dua dekade di muka, masihkah fiat money berjaya? Ataukah kita kembali ke zaman emas? Atau bahkan kita sudah tidak lagi memegang kertas maupun emas, namun memegang kartu-kartu bermagnetik strip? Hanya waktu bisa menjawab.[]
KONTAN Weekly, 15-21 Oktober 2012