Terhitung mulai Jumat, 9 November 2012, KONTAN Daily menayangkan rubrik "Siasat Bisnis" yang saya asuh. Bisa dibaca di print edition yang diperoleh dengan berlangganan atau di toko-toko atau via epaper.kontan.co.id.
Download KONTAN Daily 9 Nov 2012
Download KONTAN Daily Change Management
[Di bawah adalah versi yang belum diedit.]
oleh Jennie S. Bev
Ketika waktunya untuk berubah, yang mana perlu dipilih: status quo atau memilih pemimpin baru? Benarkah pemimpin berpengalaman pasti berhasil dibandingkan dengan yang belum berpengalaman? Jawabannya mencengangkan.
Berdasarkan hasil riset Assistant Professor Gautam Mukunda dari Harvard Business School penulis Indispensable: When Leaders Really Matter, pemimpin “unfiltered” alias tidak mempunyai pengalaman memimpin di bidang yang akan diterjuninya, ternyata lebih berhasil dibandingkan dengan mereka yang sudah sangat berpengalaman di bidangnya. Dengan kata lain, mereka yang sudah punya jam terbang sangat panjang di bidang tertentu, jika dibandingkan dengan mereka yang punya pengalaman sebagai pemimpin namun terbatas jam terbangnya di bidang yang akan dimasukinya, maka hasilnya: mereka yang termasuk kategori kedua yang punya kans berhasil lebih besar.
Mukunda meneliti para pemimpin politik, bisnis, dan militer dalam dua kategori “filtered” dan “unfiltered.” Mereka yang “filtered” alias mempunyai resume panjang di bidang tertentu, cenderung mempunyai leadership style and problem-solving style serupa dengan para pendahulu dan rekan-rekan setingkatnya.
Para pemimpin yang “filtered” ini bisa mempertahankan status quo dengan sadar maupun tanpa disadari. Bahkan bisa memperluas efek dari status quo tersebut dan mempertahankan metode-metode lama yang sudah berlumut. Dalam kondisi yang kondusif, hasil terbaik yang bisa diharapkan adalah terjadinya perubahan secara gradual alias evolusioner.
Status quo sendiri bisa sangat membahayakan di era perubahan ekstra cepat eksponensial ini. Bottom line bisa terancam dan kesehatan institusional dipertaruhkan.
Untuk perubahan-perubahan yang cepat alias “drastic change,” para pemimpin “unfiltered” membawa lebih dari sekedar “angin segar.” Mereka membawa pendekatan-pendekatan yang berhasil diterapkan di bidang dan di institusi berbeda ke tempat yang baru. Tentu saja, “transplantasi” ini bisa berhasil, bisa juga gagal.
Mereka yang “ulfiltered” tentu saja perlu memiliki leadership style yang baik dan kohesif, namun jam terbang di bidang tertentu bukanlah halangan untuk berprestasi di bidang yang baru. Abraham Lincoln dan Steve Jobs termasuk kategori ini. Ide-ide mereka segar dan aplikatif. Tentu saja ini perlu ditunjang dengan keteguhan akan keteraplikasian ide-ide mereka serta soft skills untuk manuver di institusi yang telah lama berdiri dan dipimpin oleh leadership dan problem-solving styles yang berbeda.
Professor Stanford Business School Debra E. Meyerson penulis Tempered Radicals: How People Use Differences to Inspire Change at Work, mengkategorikan empat spektrum pendekatan yang dipakai dalam kepemimpinan segar (alias “unfiltered”) yang disebutnya “tempered radical” yaitu: disruptive self-expression, verbal jujitsu, variable-term opportunism, dan strategic alliance building.
Yang pertama artinya melakukan sesuatu berdasarkan nilai yang dianut dan bisa segera diamati oleh orang lain. Yang kedua, menggunakan pernyataan-pernyataan, aksi, dan perilaku yang mendukung nilai yang dianut. Yang ketiga, mengenali, menciptakan, dan mengkapitalisasikan kesempatan-kesempatan jangka pendek dan jangka panjang untuk kepentingan perubahan. Keempat yaitu aliansi strategis artinya dengan menciptakan aliansi dengan pihak-pihak lain, perubahan dapat didorong dengan lebih bertenaga.
Salah satu kasus epik kepemimpinan radikal yang merupakan contoh klasik tipping point leadership adalah Komisioner Polisi Kota New York William Bratton yang dilantik Februari 1994. Dengan budget hanya US$2 juta, ia berhasil memutarbalikkan kota NY yang paling tinggi tingkat kriminalitasnya menjadi tinggal separuh. Kriminalitas berat berkurang 39%, pembunuhan 50% dan pencurian 35%. Hingga 2002, angka kriminalitas di NYC termasuk 25 kota terendah di AS.
Di Indonesia, kepemimpinan radikal yang cukup epik bisa kita pelajari dari Jokowi dan Ahok yang kini memimpin Jakarta sebagai gubernur dan wakil gubernur. Kepemimpinan radikal mereka telah berhasil membenahi kota dan kabupaten yang mereka pimpin terdahulu. Dengan strategi yang tepat, mereka bisa menggunakan tipping point leadership sebagaimana William Bratton lakukan. Pasangan Jawa dan Tionghoa ini telah memenuhi kategori “unfiltered leaders” yang tidak hanya membawa angin segar di dalam kancah pemerintahan Jakarta, namun mereka membawa leadership, soft skills, dan personality yang juga bisa menelurkan aksi-aksi yang menjungkirbalikkan preseden-preseden lampau.
Akhir kata, change management memerlukan lebih dari sekedar pemimpin “unfiltered” yang mempunyai soft skills dan tampered radicalism yang memadai. Change management memerlukan objective yang dipilah-pilah dalam eksekusi efektif. Di sini, project management dan project execution berperan dalam mensukseskan kepemimpinan perubahan.[]
KONTAN Daily, 9 November 2012