[Baca langsung di Koran Tempo.]
oleh Jennie S. Bev, Santa Clara
Ternyata kita sudah hidup seperti yang digambarkan dalam film-film thriller di masa depan. Setiap gerak-gerik kita sudah dideteksi secara digital. Apakah sebenarnya di dalam diri kita sudah tertanam microchip yang mendownload semua isi pikiran kita? Ini masih berupa hipotesis.
Setelah Julian Assange dengan Wikileaks-nya, sekarang ribut-ribut soal Edward Snowden yang sedang mencari-cari berbagai kemungkinan suaka di Hong Kong, Cuba, Ecuador, dan Rusia. Sebenarnya ia itu seorang agen rahasia (spy) atau “peniup peluit” (whistleblower)? Assange dan Snowden seakan-akan adalah “super villain” alias tokoh antagonis dalam film-film superhero. Padahal mereka adalah manusia-manusia biasa yang super kritis akan keadaan dunia yang semakin korup, terutama yang dilakukan oleh pemerintah negara-negara kaya.
Definisi populer “whistleblower” adalah seseorang yang membuka hal-hal yang “janggal” alias “tidak lazim” di suatu organisasi. Dalam kasus Snowden, ia merupakan seorang whistleblower yang super mengingat yang “dibuka” adalah dokumen-dokumen inteligen tertinggi.
Laki-laki Kaukasia berkaca mata kelahiran 1983 lulusan Universitas Liverpool dan Anne Arundel Community College ini adalah kontraktor TI (teknologi) alias pekerja “freelance” di NSA (National Security Agency) dan CIA (Central Intelligence Agency) yang membocorkan detil program penyadapan massa AS dan Inggris Raya melalui pers.
Para kontraktor seperti Edward ini mempunyai akses clearance Top Secret (Sangat Rahasia) dalam pekerjaan mereka. Clearance ini membutuhkan investigasi khusus. Snowden sendiri telah menjalankan tes darah untuk mengkonfirmasi tiada pemakaian obat-obatan terlarang (drug test) dan tes kebohongan dengan poligraf (polygraph test).
Ajaibnya, Snowden yang sekarang dikejar-kejar oleh CIA malah menjadi pahlawan rakyat (folk hero), seperti legenda Robin Hood. Betapa tidak, efek dari pemberitaaan Snowden sangat luar biasa. Kesadaran masyarakat dunia akan penyadapan dan pengintaian oleh pemerintah AS dan Inggris menjadi sangat tinggi. Ia bekerja sama dengan Gleen Greenwald dari The Guardian London untuk mempublikasikan temuannya mengenai intersepsi metadata telpon di AS dan Eropa dengan program komputer penyadap PRISM dan Tempora.
Continue reading "Edward Snowden: Mata-Mata atau Peniup Peluit?" »