Download KONTAN Daily Panda dan Serigala
oleh Jennie S. Bev
Tahukah Anda bahwa jumlah panda di dunia hanya sekitar 1.900 (seribu sembilan ratus) saja? Sisa di alam liar hanya 1.600 (seribu enam ratus) ekor dan yang hidup di penangkaran dan kebun binatang sekitar 300. Sekarang bandingkan dengan jumlah bayi manusia yang lahir di Indonesia yaitu 3.5 juta sampai 4.5 juta setiap tahun. Berapa bayi yang lahir per hari? Sekitar 11.000 (sebelas ribu). Ya, dalam satu hari.
Bandingkan dengan Singapura yang dalam satu tahun kelahiran 6.500 (enam ribu lima ratus) bayi dan jumlah penduduk hanya sekitar 4.8 juta, Indonesia jelas membludak. Belum lagi kalau kita hitung berapa yang lulusan S1 di Indonesia? Hanya sekitar 2 sampai 4 persen saja dan separuhnya hanya berpendidikan SD atau kurang.
Dalam satu hari lahir bayi di Indonesia yang jumlahnya hampir 2 kali lipat angka kelahiran Singapura per tahun. Dan hampir 6 kali lipat jumlah panda di seluruh dunia.
Luar biasa bukan? Overpopulasi di Indonesia sudah sedemikian tinggi dan kualitas SDM yang pas-pasan bahkan termasuk “agak di bawah standar internasional” ini merupakan ancaman sosial, politik, dan ekonomi Indonesia. Namun tentu saja ini tidak begitu disadari oleh mereka yang sehari-hari hidup di Tanah Subur Hijau Royo-Royo ini. Bagi mereka yang memandang Indonesia dari luar dan bisa dengan mudah mengkomparasikannya dengan negara-negara lain, jelas ini cukup menganggu.
Jangan cepat tersinggung dulu. Kalau saya tidak perduli dengan Indonesia, untuk apa saya utarakan hal ini? Persepsi dari perspektif global ini perlu diketahui para manajer, pengusaha, dan pengambil keputusan lainnya. Jangan terlena dan komplasen alias “nyantai habis emang gue pikirin” attitude.
Download KONTAN Daily Kepemimpinan Nelson Mandela
oleh Jennie S. Bev
Rolihlahla Mandela yang dilahirkan 18 Juli 1918, dikenal dengan advokasi terhadap pemerintahan apartheid Afrika Selatan dan turut mempengaruhi terbentuknya gerakan militer gerilya untuk kementingan tersebut. Dilahirkan dari keluarga aristokrat suku Thembu sebagai anak kepala suku dan cicit seorang raja. Ia dibesarkan dengan nilai-nilai keluarga yang menghargai pendidikan, keteraturan, tata krama, dan kesopanan.
Dunia menjadi lebih baik karena Mandela dan kepemimpinannya merupakan teladan bagi semua.
Ia menyebut dirinya sebagai seorang pragmatis dan bersedia untuk berkompromi untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Ia belajar dari ayahanda yang pernah dipanggil oleh pengadilan Anglo-Saxon, di mana ia tidak bersedia diadili dengan hukum Inggris Raya tersebut.
Karakter Mandela yang tenang dan berwibawa didapat dari pembelajaran dini dari keluarga aristokratnya. Ia dibaptis secara Methodist ketika berusia tujuh tahun dan mulai bersekolah di sekolah gereja. Kelak ini mempersiapkannya untuk masuk ke dalam sistem yang berpopulasi para Kaukasia (kulit putih) di Afrika Selatan. Ia adalah seorang cicit raja dan anak kepala suku aristokrat berkulit hitam dengan pendidikan Anglo.
Di sekolah yang berisi murid-murid yang mayoritas berkulit putih, Mandela belajar mengenai demokrasi. Di enklaf mungil ini, ia merasakan kesejajaran antara mereka yang berkulit putih dan hitam. Ia belajar mendengarkan tanpa melibatkan emosi.
Di usianya ke-16, dalam perayaan coming of age sebagai putra dari almarhum kepala suku Thembu, ia mencengangkan peserta pesta dengan berkata, “Kita adalah bangsa terjajah. Kita adalah budak dan penyewa tanah di negara sendiri. Kita tidak mempunyai kekuatan dan kontrol atas nasib kita sendiri di tanah kelahiran kita.” Saat itu kemarahannya menanamkan bibit yang kelak berbuah sebagai resistance movement di Afrika Selatan modern.
Download HC Magazine 5th Issue
Wawancara dengan Jennie S. Bev tentang global talent dengan Nurul Melisa dari Human Capital Magazine (PortalHR.com). Baca halaman 10-13.
Download KONTAN Daily All Brands are Global
oleh Jennie S. Bev
Merek (atau “brand”) sering kali diidentikkan sebagai produk. Konsep ini sudah kadaluwarsa. Di era serba luar biasa cepat, akurat, dan transparan ini, merek berdiri berdampingan dengan produk. Suatu merek mempunyai velositas dan viralitas yang tidak dimiliki oleh produk yang bersangkutan. Produk mempunyai karakteristik yang terpisah dari merek. Dua adalah satu namun dua bukan satu. Dan semua merek berlingkup global.
Merek-merek di era pra-Internet, seperti Coca-Cola, Gillette, Campbell, Kodak, Lipton, dan Ford, identik dengan produk. Ini bisa berakibat fatal, seperti Kodak yang sangat erat dengan fitur “kamera analog” ternyata tidak berhasil crossing over dalam era kamera digital. Di tahun 1985, Coca-Cola memperkenalkan New Coke yang menggantikan Classic Coke.
Momentum 1985 ini merupakan milestone penting bagi studi tentang merek (atau “the study of brands”). Konsumen bisa demikian loyal kepada suatu merek, namun tidak kepada produk dari merek tersebut. Merek dan produk adalah dua hal terpisah. Para marketer profesional menyadari tentang hal ini. Merek adalah investasi tersendiri.
Dinamika pasar telah menggeser peran merek sebagai pengidentifikasi produk menjadi pembentuk mindset tentang produk tertentu. Sebagaimana pasar terkadang bekerja sebagai seller’s market dan terkadang sebagai buyer’s market, demikian pula dinamika suatu merek.
Download KONTAN Daily Quantitative Easing
oleh Jennie S. Bev
Kebijakan US Federal Reserve (FR) untuk melakukan Quantitative Easing (QE) dengan membeli bonds (obligasi) menggoncangkan pasar saham dunia, termasuk Jakarta. Nilai tukar Rupiah terhadap USD juga terusik. Seberapa dahsyat QE itu? Mengapa sangat “menakutkan”? Apakah QE berpotensi mengusik kestabilan ekonomi dunia, termasuk Indonesia?
Jawabannya tidak bisa simpel dalam satu kalimat. Ingat prinsip dasar ekonomi bahwa semakin banyak “dana murah” alias “easy money” atau “cheap money,” maka akan semakin berbahaya bagi kestabilan ekonomi. Mengapa? Karena “easy money” selalu menggiurkan bank untuk meminjamkan dana kepada konsumen dengan mengabaikan berbagai faktor resiko. “Cheap money” juga menimbulkan “rasa kesejahteraan yang semu” alias false sense of prosperity.
FR membeli obligasi sejumlah USD 85 miliar setiap bulan. Ini merupakan salah satu bentuk suntikan likuiditas ke dalam pasar dengan tujuan menggerakkan ekonomi. Semakin mudah uang didapat oleh konsumen melalui berbagi program kredit, semakin bergeraklah ekonomi yang sudah stagnan bertahun-tahun ini. QE baru dilakukan FR setelah bentuk-bentuk bailout dan stimulus lainnya gagal.
Continue reading "Mengapa Quantitative Easing Menakutkan?" »