Download KONTAN Daily Mengubah Paradigma dengan Manajemen 8020
oleh Jennie S. Bev
Ekonom Italia Vilfredo Pareto menemukan pola bahwa dunia yang dibentuk oleh sebab-akibat bisa dibagi atas 20 persen penyebab membawa akibat 80 persen. Dengan kata lain, 20 persen individu di dunia bertanggung jawab atas kemajuan 80 persen dunia. Dalam lingkup mikro, 20 persen pelanggan tetap membawa 80 persen omzet (revenue). Juga 20 persen dari pegawai memberikan kontribusi 80 persen. Dan 20 persen dari anggota tim pemasaran membawa 80 persen keuntungan.
Nah, yang 20 persen pembawa omzet dan keuntungan inilah yang perlu dijadikan fokus. Selain itu, 20 persen pegawai luar biasa juga dibina dengan sangat baik. Tentu saja ini bukan berarti 80 persen sisanya diabaikan. Pembinaan pegawai dan pemupukan konsumen atau klien perlu dilakukan terus-menerus, namun kita bisa memilih “bibit unggul” yang 20 persen tersebut sebagai teladan (benchmark).
Dalam dunia yang ideal, 80 persen yang performance-nya masih belum optimal semestinya dilatih sehingga mempunyai determinasi tinggi dalam performance. Sebagai seorang pemimpin atau pebisnis, Anda bisa dan sepantasnya bergabung dengan yang 20 persen sehingga diri Anda tidak tergantikan.
Bagaimana strateginya? Pertama-tama, kenali kompetitor. Anda dan para kompetitor sebaiknya tidak terlalu berbeda dari segi fisik. Baik desain produk maupun gaya berpakaian sebaiknya serupa, yang membedakan adalah kualitas kerja. Ya, baik produk maupun individu eksekutif, keduanya sama-sama perlu penampilan yang bisa diterima pasar maupun pemakai jasa.
Kedua, kenali sumber daya yang digunakan. Apabila Anda seorang team leader, kenali berapa jam kerja yang dipakai per hari secara efektif. Kenali input-input tim dan output-outputnya. Kuantifikasikan dengan seksama. Perhatikan bahwa hanya 20 persen dari input yang menghasilkan 80 output. Catat yang mana saja yang mengikuti kerangka ini dan mana yang tidak.
Ketika Steve Jobs kembali berkarya di Apple setelah perusahaan itu sudah sangat parah kondisinya dengan uang kas hanya cukup untuk 5 minggu saja di tahun 1997, ia melakukan reformasi besar-besaran. Caranya? Pertama-tama ia mengeliminasi 70 persen dari produk-produk yang tidak laris, seperti printer, server dan digital assistant.
Steve Jobs memfokuskan Apple kepada produk-produk yang laris saja yaitu iPod, MacBook, MacTV, dan iPhone. Dari fitur-fitur yang ada, ia juga menghapus 70 sampai 80 persen yang tidak pernah dipakai oleh konsumen. iPhone di masa peluncurannya hanyalah produk smartphone baru yang menandingi BlackBerry. BB sendiri terlalu banyak fitur yang kompleks dan sulit digunakan oleh para konsumen.
Di akhir 2011, Apple sudah menjual 100 juta iPhone. Ini berarti Apple hanya memegang 4 persen marketshare smartphone dunia. Yang luar biasa adalah: penjualan dengan jumlah tidak seberapa besar tersebut dengan harga sangat tinggi sekitar USD 500 per buah, ternyata membuat Apple mengantongi 50 persen dari total keuntungan (profit) industri manufaktur telpon genggam keseluruhan. Perhatikan baik-baik: 4 dari 50 atau 8 persen.
Ketiga, Prinsip 80/20 ini juga berlaku dalam bagian-bagian kehidupan lainnya. Dari semua sahabat-sahabat Anda, kemungkinan besar hanya 20 persen yang mempunyai arti mendalam. Demikian juga dengan para anggota tim yang Anda pimpin. Hanya 20 persen yang mempunyai kontribusi luar biasa bagi tim. Pelajari bagaimana mereka mencapai prestasi luar biasa dan duplikasikan dengan pelatihan-pelatihan para anggota tim lainnya.
Prinsip Pareto ini merupakan salah satu fenomena yang terjadi secara alami di alam semesta. Secara matematis, pola ini adalah pola alam. Asimetri yang terjadi memang begitulah adanya. Mayoritas biasanya diam dan hanya 20 persen yang memegang peranan di dalam masyarakat. Perhatikan jumlah para pemegang keputusan dan bagaimana mereka mendapatkan kekuasaan itu.
Bagi klien top 20 persen, berikan pelayanan yang lebih terfokus agar mereka membelanjakan uang mereka lebih banyak. Demikian juga dengan produk-produk unggulan top 20 persen. Di bursa saham, top 10 persen saham versi 500 Standard & Poor’s mencakup 92 persen dari semua keuntungan. Jadi 490 saham lainnya hanya memegang 8 persen. Di sini malah 92/2 yang terjadi.
Terakhir, kesalahan utama para pemegang keputusan adalah berpikir dalam pola “rata-rata” yaitu semua produk sama andilnya dalam profit generation dan semua pekerja sama produktifnya. Para pekerja yang termasuk 20 persen biasanya 16 kali lebih produktif dari yang berprestasi rata-rata. Penting bagi kita semua untuk mengubah paradigma yang salah dengan kerangka 80/20.[]
KONTAN Daily, 19 Oktober 2013