Download KONTAN Weekly Kekuatan Non-Konformitas
oleh Jennie M. Xue
Flower generation yang mempelopori anti perang Vietnam dimulai di Haight and Ashbury, suatu distrik di San Francisco. Mereka dikenal sebagai generasi “hippie.” Walaupun tidak setiap orang “hippie” adalah aktivis, namun cukup banyak aktivis di negara-negara Barat yang bergaya bohemian seperti mereka. Dan uniknya, gaya hidup bohemian sering diidentikkan dengan uniknya gaya kerja independen dan tidak konformis.
Di California yang multikultural dan padat dengan imigran yang berasal dari mancanegara, kultur apapun diterima dengan baik, termasuk kultur-kultur non-konformis. Para teknokrat di Silicon Valley dan para artis di Hollywood sama-sama non-konformis profesional. Di negara bagian lain yang lebih konformis dan bergaya birokrat korporat klasik, mungkin mereka akan dipandang “terlalu unik.”
Namun, kultur California ini jugalah yang membuatnya “the golden state.”
Dengan mindset yang tepat, di dalam bisnis dan dunia kerja, non-konformitas bisa menjadi suatu kekuatan. Dengan dosis yang tepat, keunikan sesuatu akan menjadi daya jual yang luar biasa. Dalam seri novel dan film Divergent yang merupakan trilogi ditulis oleh Veronica Roth, setiap individu mempunyai kelebihannya tersendiri. Mereka yang “menyimpang” dari kasus-kasus umumnya dikenal sebagai “divergent” alias seseorang yang berdeviasi.
Seorang non-konformis mungkin tidak cocok untuk menjadi anggota tentara yang sangat mengutamakan konformitas. Namun dalam bisnis dan dunia kerja, seorang non-konformis membawa angin segar dalam kultur organisasi dan daya saing. Jadi, apabila Anda melihat seseorang yang tidak selalu mengikuti “aturan main,” sepanjang argumen-argumennya luar biasa cerdas dengan bukti-bukti, studi kasus, dan referensi, bisa jadi ia adalah non-konformis yang punya daya inovasi luar biasa.